Di sebuah persimpangan jalan, seorang gadis duduk bersimpuh di atas
trotoar. Meskipun sedu suara tangisnya tenggelam dalam bising knalpot
kendaraan, tetap tak menutup pandangan akan beban masalah yang
dipikulnya. Lalu, seorang pria tua berkopyah hitam menghampirinya dan
menuntunnya berteduh di bawah pohon rindang yang hanya beberapa langkah
dari tempatnya bersimpuh.
Pada orangtua yang bijak tutur katanya
itu, gadis berbusana modis itu menceritakan masalahnya. Anjar, nama
gadis itu, ia mahasiswi semester akhir sebuah perguruan tinggi swasta di
Kota Kediri. Gadis berpostur tinggi dan bertubuh sintal itu datang dari
daerah untuk menimba ilmu sebagaimana diamanatkan oleh orangtuanya yang
ada di kampung.
"Saya telah kotor dengan penyakit yang saya derita. Benci, malu, saya ingin mati saja," kata Anjar.
"Kenapa
begitu, ceritakanlah barangkali saya bisa membantu, " ujar orangtua
yang ternyata adalah seorang ustadz dari mushola yang berada di seberang
jalan. Anjar mulai bercerita. "Saya telah menghianati amanat orangtua
saya. Di waktu seharusnya belajar, aku malah menghabiskannya bersama
teman-temanku. Berhura-hura pada siang maupun malam," cerita gadis
berambut sebahu itu.
Akibat model kehidupannya itu, sebuah
penyakit menjangkitinya. "Kini aku positif HIV, dan teman-temanku
menjauhiku. Aku bagai sendirian di dunia ini," keluh Anjar.
Mendengar
cerita itu, Pak Ustadz meninggalkannya namun cepat kembali dan membawa
segelas air putih. Saat Anjar meminum air itu, Pak Ustadz memberikan
wejangan yang membesarkan hati Anjar. "Kini engkau sudah bertobat,
saatnya memperbaiki diri. HIV itu tidak kotor, kamu masih bisa
beraktivitas dengan baik," kata ustadz.
Dan, suara tepuk tangan
yang riuh dari sekitar 300 penonton yang berasal dari pelajar dan
mahasiswa se- Kota Kediri mengakhiri sepenggal drama yang dibawakan oleh
Komunitas Aksara dari Universitas Nusantara PGRI itu. Drama tersebut
sengaja digelar dalam rangka Malam Renungan AIDS Nusantara (MRAN) yang
digelar di Taman Sekartaji, Rabu (23/5/2012) malam.
"Dalam MRAN tahun ini kami mengundang para remaja karena memang ada trend kasus HIV berasal dari usia mereka," kata Ardi Bastian, pengelola program Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Kota Kediri.
Data
dari Dinas Kesehatan setempat menyebutkan, penderita HIV mencapai 205
orang. Delapan puluh persen dari jumlah tersebut, epidemologinya adalah
kalangan usia produktif, yaitu usia 25 hingga 49 tahun. Penyebab
utamanya adalah pergaulan yang berujung pada seks bebas. oleh sebab itu
proyeksi program kedepan adalah pemberdayaan pemuda.
Wali Kota
Kediri, Samsul Azhar dalam sambutannya mengatakan, fenomena HIV bagaikan
gunung es sehingga dibutuhkan perhatian dari segenap kalangan untuk
mengikis habis hingga dasar gunung. "Tugas kita semua, terutama
anda-anda sebagai pegiat penanggulangan HIV/AIDS ini untuk menghancurkan
gunung es itu agar generasi kita tidak punah," kata Samsul Azhar.
Dalam
acara tersebut, berbagai tampilan diusung oleh para peserta, mulai dari
drama, puisi hingga tari. Acara ditutup dengan renungan bersama yang
diterangi dengan temaram lilin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar